DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Metode Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Investasi Dalam Saham
2.2 Metode Pencatatan Investasi Dalam Saham
2.3 Persentase Pemilikan Kurang Dari 20%
2.4
Dividen
2.5 Persentase Pemilikan 20%-50%
2.6 Pemecahan Saham (STOCK SPLIT-UP)
2.7 Hak Beli Saham
2.8 Nilai Teoritis Hak Beli Saham
2.9 Penjualan atau Pelunasan Kembali Saham
2.10 Pertukaran Saham
2.11 Laba Pelunasan Saham Prioritas
2.12 Uang Muka
2.13 Pemilikan Dalam Firma
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Investasi adalah
penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki biasanya berjangka
panjang dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang sebagai
kompensasi secara profesional atas penundaan konsumsi, dampak inflasi dan
resiko yang ditanggung. Keputusan investasi dapat dilakukan individu, dari
investasi tersebut yang dapat berupa capital gain/loss dan yield. Investasi
dapat dilakukan dalam bentuk investasi pada aspek fisik (real asset) dan
investasi pada aset finansial (financial asset). Aset fisik adalah aset
yang mempunyai wujud secara fisik, sedangkan asset finansial adalah surat-surat
berharga yang pada umumnya adalah klaim atau aktiva riel dari suatu entitas.
Alasan seorang investor melakukan investasi adalah untuk mendapatkan kehidupan
yang lebih baik di masa yang akan datang serta untuk menghindari merosotnya
nilai kekayaan yang dimiliki. Investasi juga dapat diartikan sebagai suatu
komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat
ini dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Pasar
modal merupakan tempat dilakukannya investasi pada asset finansial. Pasar modal
merupakan tempat pertemuan dan proses transaksi antara penawaran dan permintaan
surat berharga. Pasar modal memberikan kepada pihak yang mempunyai surplus dana
suatu kesempatan berinvestasi dalam surat berharga (marketable securites)
dan memudahkan pihak yang memerlukan dana untuk memperoleh dana. Saham
merupakan salah satu alternatif dalam aset finansial. Kebutuhan akan informasi
yang relevan dalam pengambilan keputusan investasi dalam aset finansial di
pasar modal sangat dibutuhkan oleh investor. Suatu pendekatan dalam
menganalisis harga saham dipasar modal sangat dibutuhkan
oleh investor.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.2.1
Apa
pengertian Investasi Dalam Saham?
1.2.2
Apa
saja Metode Pencatatan Investasi Dalam Saham?
1.2.3
Bagaimana
Presentase Pemilikan Kurang dari 20%?
1.2.4
Apa
yang dimaksud dengan deviden?
1.2.5
Bagaimana
Presentase Pemilikan 20%-50%?
1.2.6
Bagaimana
cara Pemecahan Saham (Stock Split-Up)?
1.2.7
Apa yang dimaksud dengan Hak Beli Saham?
1.2.8
Apa
yang dimaksud dengan Nilai Teoritis Hak Beli Saham?
1.2.9
Bagaimana
cara Penjualan atau Pelunasan Kembali Saham?
1.2.10
Bagaimana
Proses Pertukaran Saham?
1.2.11
Bagaiman Laba Pelunasan Saham Prioritas?
1.2.12
Apa
yang dimaksud dengan Uang Muka?
1.2.13
Bagaimana
Pemilikan Dalam Firma?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan uraian dan rumusan masalah, maka tujuan
penulisan makalah adalah untuk mengetahui :
1.3.1
Pengertian
Investasi Dalam Saham
1.3.2
Metode
Pencatatan Investasi Dalam Saham
1.3.3
Presentase
Pemilikan Kurang dari 20%
1.3.5
Presentase
Pemilikan 20%-50%
1.3.6
Pemecahan
Saham (Stock Split-Up)
1.3.7
Hak Beli Saham
1.3.8
Nilai
Teoritis Hak Beli Saham
1.3.9
Penjualan
atau Pelunasan Kembali Saham
1.3.10
Proses
Pertukaran Saham
1.3.11
Laba Pelunasan Saham Prioritas
1.3.12
Uang
Muka
1.3.13
Pemilikan
Dalam Firma
1.4 Metode Penulisan
Dalam menyusun makalah ini, digunakan metode telaah
pustaka atau literatur.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Investasi Dalam Saham
Perusahaan dapat
menanamkan (investasi) uangnya dalam bentuk saham perusahaan lain. Saham-saham yang dibeli dapat dicatat sebagai
investasi jangka pendek atau investasi jangka panjang tergantung dari tujuan
pembeliannya. Apabila saham-saham itu dibeli dengan tujuan penggunaan uang yang
menganggur dan penjualannya untuk memenuhi kebutuhan uang, maka pembelian saham
akan dicatat sebagai investasi jangka pendek dan termasuk dalam kelompok aktiva
lancar. Tetapi jika saham yang dibeli tidak untuk tujuan seperti diatas maka
akan dicatat sebagai investasi jangka panjang.
Investasi dalam
saham yang dikelompokkan sebagai investasi jangka panjang biasanya dilakukan
dengan tujuan sebagai berikut :
a.
Untuk
mengawasi perusahaan lain.
b.
Untuk
memperoleh pendapatan yang tetap setiap periode.
c.
Untuk
membentuk suatu dana khusus.
d.
Untuk
menjamin kontinuitas suplai bahan baku.
e.
Untuk
menjaga hubungan antarperusahaan.
Investasi dalam saham bisa dilakukan
dalam bentuk saham biasa atau saham prioritas, tergantung pada tujuan yang
diharapkan dari investasi tersebut. Jika investasinya dilakukan dengan tujuan
untuk memperoleh pendapatan yang tetap setiap periode, maka lebih baik membeli
saham prioritas, tetapi jika investasinya dilakukan dengan tujuan untuk
mengawasi perusahaan lain, maka lebih baik membeli saham biasa karena saham
biasa memiliki hak suara. Perusahaan-perusahaan yang memiliki sebagian besar
saham perusahaan lain disebut perusahaan induk, dan perusahaan yang diawasi
disebut anak perusahaan.
2.2 Metode Pencatatan Investasi Dalam Saham
Jumlah saham yang dimiliki menentukan
metode pencatatan yang harus digunakan. SFAS 115 menyatakan bahwa metode yang
digunakan tergantung dari presentase pemilikan saham. Yang dimaksud dengan
presentase pemilikan saham adalah presentase jumlah lembar saham yang dimiliki
oleh seorang investor dibandingkan dengan jumlah lembar saham yang beredar.
Presentase pemilikan dan metode pencatatannya adalah sebagai berikut :
Presentase
pemilikan Metode
Pencatatan
Kurang dari 20% Metode Nilai
Wajar (Fair Value Method)
20% sampai dengan 50% Metode ekuitas (Equity Method)
Lebih dari 50% Dibuat
laporan keuangan yang dikonsolidasikan
Perusahaan yang
dimiliki saham perusahaan lain lebih dari 50% dari jumlah saham yang beredar
disebut induk perusahaan (parent Company)
dan perusahaan yang sahamnya dimiliki disebut anak perusahaan (Subsidiary Company). Laporan keuangan
kedua perusahaan ini (induk dan anak) disusun menjadi satu dalam laporan
keuangan yang dikonsolidasikan.
2.3 Persentase Pemilikan Kurang Dari 20%
Investasi saham
dalam perusahaan lain yang jumlahnya kurang dari 20% maka dipandang investor
tersebut tidak dapat mempengaruhi perusahaan yang sahamnya dimiliki. Perlakuan
akuntansi atas investasi dalam saham yang persentase pemilikannya kurang dari
20% dibedakan menjadi dua yaitu :
1.
Investasi
dalam saham tersedia untuk dijual (available for sale),
2.
Investasi
dalam saham untuk diperdagangkan (trading)
Menurut PSAK
No.50, investasi yang masuk kelompok tersedia untuk dijual dapat disajikan
sebagai aktiva lancar atau aktiva tidak lancar dalam neraca berdasarkan
keputusan manajemen. Namun bila frekuensi pembelian dan penjualan saham sangat
tinggi (sangat sering dilakukan) dan investor memilikinya dalam rangka
mendapatkan laba dari perbedaan harga jangka pendek, maka investasi ini harus
dikelompokkan dalam kelompok diperdagangkan (trading), dan dineraca disajikan
dalam kelompok aktiva lancar.
Sesuai dengan
ketentuan SFAS No. 115 di atas, perlakuan akuntasi untuk kepemilikan yang
persentasenya kurang dari 20 % akan menggunakan nilai wajar (fair value method), yang menurut PSAK
No. 50 didefinisikan sebagai “jumlah yang dapat diperoleh dari pertukaran
instrument keuangan dalam transaksi antar pihak-pihak yang bebas, bukan karena
paksaan atau likuidasi”. Jika terdapat harga pasar untuk instrument tersebut,
nilai wajar hitung dengan cara mengalikan volume saham yang diperdagangkan
dengan harga pasar per unit.
Apabila pada
akhir tahun (saat dibuatnya laporan keuangan) nilai wajar saham yang dimiliki
investor berbeda dengan harga perolehannya maka perbedaan tersebut dicatat
dalam rekening “ laba atau rugi belum direalisasi”. Saldo rekening laba belum
direalisasi beasal dari investasi saham dari kelompok diperdagangkan (trading) harus diakui sebagai laba.
Saldo rekening laba atau rugi belum direalisasi yang berasl dari investasi
saham dari kelompok tersedia untuk dijual (available
for sale) harus dimasukkan kedalam komponen modal yang disajikan secara
terpisah, dan tidak boleh diakui sebagai laba sampai laba atau rugi itu dapat
direalisasi. Berikut ini adalah pencatatan transaksi investasi dalam saham.
Pembelian Saham
Saham-saham
dapat diperoleh dengan berbagai cara, yaitu dibeli tunai atau ditukar dengan
aktiva. Masing-masing cara pembelian ini akan menimbulkan masalah penentuan
harga pokok saham yang dibeli. Apabila saham dibeli dengan tunai maka harga
pokoknya adalah jumlah semua uang yang dibayarkan dalam pembelian tersebut yang
terdiri dari harga kurs, biaya-biaya komisi, materai dan lain-lain. Jumlah
harga pokok tersebut akan dicatat dengan mendebit rekening investasi dalam
saham. Apabila saham itu diperoleh dengan cara ditukar dengan aktiva maka harga
pokok saham akan dicatat sebesar harga pasar aktiva yang digunakan sebagai
penukar. Apabila harga pasar aktiva tersebut tidak dapat ditentukan maka harga
pokok saham akan dicatat sebesar harga pasar saham tersebut. Apabila harga
pokok maupun harga pasar tidak diketahui, maka nilainya harus ditaksir.
Jurnal
yang dibuat untuk mencatat investasi saham yang dibeli secara tunai adalah :
Tersedia Diperdagangkan
Investasi
saham tersedia Investasi
saham diper-
Untuk
dijual xx dagangkan xx
Kas xx Kas xx
Saham
prioritas yang dibeli tidak pada tanggal pembayaran dividen, secara legal tidak
menimbulkan masalah dividen yang terutang (accrued
dividend). Tetapi karena dividen saham prioritas itu jumlahnya sudah pasti
maka biasanya dalam transaksi jual beli saham prioritas akan diperhitungkan
dividen yang terutang sampai tanggal pembelian. Contoh pencatatatn saham yang
dibeli akan dibuat berdasarkan data berikut ini :
Pada
tanggal 1 April Nona Risa membeli 100 lembar saham prioritas PT Bermuda 6%,
nominal Rp10.000,- per lembar dengan kurs 105. Biaya pembelian saham (termasuk
materai dan komisi) sebesar Rp50.000,-. Dividen saham PT Bermuda dibayarkan
setiap tanggal 31 Desember. Transaksi-transaksi diatas akan dicatat dengan
jurnal sebagai berikut :
1
April
Investasi
dalam saham prioritas Rp1.100.000,00
(tersedia untuk
dijual/diperdagangkan)
Pendapatan Rp 15.000,00
Kas Rp1.115.000,00
Perhitungan :
Harga beli saham = 100xRp10.000,00x105/100 Rp1.050.000,00
Biaya
pembelian Rp 50.000,00
Harga beli saham Rp1.100.000,00
Dividen yang terutang 1 Januari sampai 1
April =
3/12 x 6% x Rp1.000.000,00 Rp 15.000,00
Jumlah uang yang dibayarkan Rp1.115.000,00
Dividen terutang
sebesar Rp15.000,00 dalam jurnal diatas didebitkan ke rekening pendapatan
deviden. Cara ini akan mengakibatkan seluruh dividen yang diterima pada tanggal
31 Desember akan dikreditkan ke rekening pendapatan dividen.
31 Desember
Kas Rp
60.000,00
Pendapatan
Dividen Rp
60.000,00
Perhitungan :
Pendapatan dividen = 6% x Rp 1.000.000,00= Rp60.000,00
Selain cara diatas, dividen terutang dapat dicatat dengan
mendebit rekening piutang pendapatan dividen. Cara ini akan mengakibatkan
dividen yang diterima pada tanggal 31 Desember akan dikreditkan kedua rekening
yaitu rekening piutang pendapatan dividen sebesar Rp15.000,00 dan rekening
pendapatan deviden sebesar Rp45.000,00. Jika digunakan cara kedua ini maka
jurnal penerimaan deviden tanggal 31 Desember sebagai berikut :
Kas Rp60.000,00
Piutang
pendapatan dividen Rp15.000,00
Pendapatan
dividen Rp45.000,00
Kadang-kadang pembelian saham dilakukan secara lumpsum
(bersama) yaitu dua macam saham atau lebih dibeli sekaligus dengan satu jumlah
harga. Masalah yang timbul dalam pembelian seperti ini adalah bagaimanakah
mengalokasikan harga beli kepada masing-masing jenis saham. Alokasi harga beli
dapat dilakukan dengan dasar sebagai berikut:
(a)
Jika harga pasar masing-masing saham yang dibeli diketahui, alokasi
didasarkan pada perbandingan jumlah relatif masing-masing saham.
(b)
Jika yang dikethui harga pasarnya hanya satu jenis saham, maka harga pasar
saham yang diketahui, diperlakukan sebagai harga pokok saham tersebut dan
sisanya merupakan harga pokok saham jenis yang lain.
(c)
Jika harga pasar masing-masing saham yang dibeli itu tidak diketahui, maka
alokasi harga pokoknya ditangguhkan sampai salah satu saham dapat diketahui
harga pasarnya.
Untuk menjelaskan cara-cara
alokasi diatas, berikut ini diberikan contoh pemebelian secara lumpsum sebagai
berikut :
Nona Lisa membeli 50 blok saham
dengan harga Rp25.000,00 per blok. Tiap blok terdiri dari 1 lembar saham
prioritas dan 3 lembar saham biasa. Alokasi harga pokok saham kepada
masing-masing jenis dilakukan dengan cara sebagai berikut :
(a)
Harga pasar masing-masing jenis
saham diketahui
Misalnya harga pasar saham
prioritas Rp12.500,00 per lembar dan harga pasar saham biasa Rp4.500,00 per
lembar.
Nilai saham prioritas =
50 x Rp12.500,00 = Rp 625.000,00
Nilai saham biasa =
50 x Rp4.500,00 = Rp 675.000,00
Rp1.300.000,00
Harga pokok saham prioritas =
=
Harga pokok saham biasa =
=
Rp649.040,00
Jurnal yang dibuat
untuk mencatat transaksi diatas sebagai berikut (rekening investasi dalam saham
akan dibedakan untuk tersedia untuk dijual atau diperdagangkan):
Investasi dalam saham prioritas Rp600.960,00
Investasi
dalam saham biasa Rp649.040,00
Kas Rp1.250.000,00
(b) Harga yang diketahui hanya saham prioritas
Misalnya harga pasar saham prioritas = Rp12.500,00 per
lembar, sedang harga pasar saham biasa tidak diketahui.
Harga pokok saham dihitung
sebagai berikut :
Harga beli saham prioritas dan
saham biasa Rp1.250.000,00
Harga pasar saham
prioritas=50xRp12.500,00 Rp 625.000,00
Harga pokok saham biasa Rp 625.000,00
Jurnal yang dibuat untuk
mencatat transaksi pembelian saham diatas (dibedakan untun tersedia untuk
dijual atau diperdagangkan) sebagai berikut :
Investasi dalam saham
prioritas Rp625.000,00
Investasi dalam saham
biasa Rp625.000,00
Kas Rp1.250.000,00
(c)
Harga pasar masing-masing saham
tidak diketahui
Karena
harga pasarnya tidak ada yang diketahui maka tidak ada dasar yang dapat
digunakan untuk mengalokasikan harga beli saham-saham tersebut. Alokasi harga
beli saham ditangguhkan sampai diperoleh dasar yang kuat. Transaksi pembelian
saham diatas jika harga pokoknya tidak dialokasikan akan dicatat dengan jurnal
sebagai berikut (dibedakan untuk tersedia untuk dijual atau diperdagangkan):
Investasi dalam saham biasa dan prioritas Rp1.250.000,00
Kas Rp1.250.000,00
2.4 Dividen
Pembagian laba
perusahaan kepada para pemegang saham disebut pembagian deviden. Dividen yang
diterima oleh pemegang saham jumlahnya tergantung pada jumlah lembar saham yang
dimiliki. Biasanya dividen yang dibagikan itu berbentuk uang tunai, tetapi jika
jumlah uang tunai tidak mencukupi, bisa diadakan pembagian dividen dengan
bentuk-bentuk lain. Dividen yang dibagi dapat berbentuk (1) uang tunai, (2)
aktiva (selain kas dan saham sendiri), (3) saham baru. Berikut ini akan
dibicarakan pembagian tiap-tiap bentuk dividen.
Dividen yang Berbentuk Uang
Pembagian dividen yang
serng dilakukan adalah dalam bentuk uang. Para pemegang saham akan menerima
dividen sebesar tarif per lembar dikalikan jumlah lembar yang dimiliki.
Keputusan pembagian dividen diambil dalam Rapat Umum Pemegang Saham(RUPS).
Penerimaan dividen ini dicatat oleh pemegang saham dengan jurnal sebagai
berikut :
Kas Rp
xx
Pengahsilan
dividen Rp
xx
Apabila dalam pembagian
dividen disebutkan bahwa dividen yang dibagikan itu sebagian merupakan
pembagian laba dan sebagian lagi merupakan pengembalian modal, dividen seperti
itu disebut dividen likuidasi. Perusahaan yang membagikan dividen likuidasi
biasanya adalah perusahaan – perusahaan yang akan menghentikan usahanya,
misalnya dalam bentuk joint ventures. Karena usaha perusahaan akan dihentikan
maka tidak perlu memeprbesar modal. Pemegang saham yang menerima dividen
likuidasi mencatatnya sebagian sebagai penghasilan dan sebagian lagi sebagai
pengembalian modal.
Misalnya perusahaan
ekstra mengumumkan pembagian dividen sebesar Rp10.000.000,00 dengan ketentuan
30% merupakan pembagian laba dan 70% pengembalian modal. Nona Risa sebagai
seorang pemegang saham dari perusahaan ekstra menerima dividen sebesar
Rp1.000.000,00. Penerimaan dividen ini dicatat dalam buku-buku Nona Risa dengan
jurnal sebagai berikut :
Kas Rp1.000.000,00
Penghasilan
dividen Rp300.000,00
Investasi
dalam saham perusahaan extra Rp700.000,00
Dengan adanya
jurnal diatas berarti bahwa saldo rekening investasi dalam saham perusahaan
extra berkurang sebesar Rp700.000,00.
Dividen yang Berbentuk Aktiva (Selain Kas dan Saham
Sendiri)
Dividen yang dibagikan
kadang-kadang tidak berbentuk uang tunai, tetapi berupa aktiva seperti saham
perusahaan lain atau barang-barang hasil produksi perusahaan yang membagi
dividen tersebut. Pemegang saham yang menerima dividen seperti ini mencatat
dalam bukunya dengan jumlah sebesar harga pasar yang diterimanya.
Misalnya Nona Risa
menerima pembagian dividen dari PT Extra berbentuk saham PT Matahari sebanyak
20 lembar. Pada saat pembagian tersebut harga pasar per lembar saham PT
Matahari sebesar Rp11.000,00. Penerimaan dividen ini dicatat oleh Nona Risa
dengan jumlah sebagai berikut :
Investasi dalam saham PT Matahari Rp220.000,00\
Penghasilan
dividen Rp220.000,00
Dividen Saham (Stock Dividend)
Penerimaan dividen dalam bentuk
saham dari perusahaan yang membagi saham tersebut disebut dividen saham. Bagi
pemegang saham, dividen seperti in berarti penambahan jumlah lembar saham tanpa
ada pengeluaran baru. Jadi jumlah lembarnya bertambah tetapi harga perolehannya
tetap. Saham yag diterima sebagai dividen bisa berbentuk saham yang sama dengan
yang dimiliki atau saham jenis yang lain. Apabila dividen saham yang diterima
itu sejenis dengan saham yang dimiliki, berarti jumlah lembarnya bertambah
banyak sedangkan harga perolehannya tetap, dalam arti tidak ada kenaikan nilai
buku. Dividen saham seperti ini tidak dijurnal, tetapi hanya memo untuk
menunjukkan kenaikan jumlah lembar saham. Penjualan saham sesudah adanya
penerimaan dividen saham akan dibebani dengan harga pokok saham yang baru.
Misalnya Tuan Iwan pada
bulan Agustus 2005 membeli 100 lembar saham biasa dari PT Bermuda dengan harga
Rp900.000,00. Pada bulan Desember 2005 diterima dividen saham biasa 50%. Pada
bulan januari 2006, dijual 20 lembar saham dengan harga Rp170.000,00
Trasaksi-transaksi
diatas dicatat dalam buku Tuan Iwan dengan jurnal sebagai berikut :
Agustus 2005
Investasi dalam saham biasa Rp900.000,00
Kas Rp900.000,00
Desember 2005
Memo: Diterima 50lembar saham biasa sebagai dividen, jumlah saham dan harga
pokoknya menjadi :
100 lembar +
50 lembar = 150 lembar
Harga pokok
per lembar =Rp900.000,00 : 150 = Rp6.000,00
Januari 2006
Kas Rp170.000,00
Investasi dalam saham biasa Rp120.000,00
Laba penjualan saham Rp50.000,00
Perhitungan :
Harga jual Rp170.000,00
Harga pokok = 20 lembar x
Rp6.000,00 Rp120.000,00
Laba penjualan saham Rp 50.000,00
Apabila dividen saham yang
diterima berupa saham yang berberda dengan saham yang dimiliki , maka harga
pokok saham yang dimiliki dibagikan kepada tiap macam saham dengan dasar nilai
relatifnya. Misalnya Tuan Iwan memiliki 50 lembar saham biasa PT Bermuda,
nominal Rp10.000,00 per lembar, dibeli dengan harga Rp750.000,00 . Pada bulan
Desember 2005 diterima dividen saham prioritas sebanyak 25 lembar dengan nilai
nominal Rp5000,00 per lembar. Pada saat penerimaan dividen, harga pasar saham
biasa Rp14.000,00 per lembar dan saham prioritas Rp4.000,00 per lembar.
Pembagian harga
pokok saham dan pencatatan penerimaan dividen sebagai berikut :
Nilai saham biasa = Rp14.000,00 x 50 Rp700.000,00
Nilai saham prioritas = Rp4000,00 x 25 Rp100.000,00
Rp800.000,00
Harga pokok saham
biasa = 700.000 x
Rp750.000,00
800.000
=
Rp656.250,00
Harga pokok saham
prioritas = 100.000 x Rp750.000,00
800.000
=
Rp93.750,00
Jurnal :
Investasi dalam
saham prioritas Rp93.750,00
Investasi
dalam saham biasa Rp93.750,00
Dividen saham yang diterima apabila merupakan pengganti
dari dividen tunggal dicatat sebagai penghasilan deviden. Jadi harga pokok
saham yang dimiliki tidak berkurang dan harga pokok per lembar juga tidak
berubah. Rekening penghasilan dividen dikredit dengan harga pasar saham yang
diterima. Misalnya diterima 25 lembar saham prioritas, nominal Rp 5.000,00 per
lembar, harga pasar Rp4000,00 per lembar, sebagai ganti dari dividen uang.
Jurnal yang dibuat untuk mencatat penerimaan dividen
diatas sebgai berikut :
Investasi dalam
saham prioritas Rp100.000,00
Investasi dalam
saham biasa Rp100.000,00
Apabila saham yang dimiliki itu terdiri dari beberapa
kali pembelian dengan harga yang berbeda-beda maka penerimaan dividen saham
harus dihubungkan dengan masing-masing pemnelian tersebut. Misalnya, PT Barada
yang dimiliki oleh Nona Risa sebagai berikut:
Lembar Harga pokok per lembar Jumlah harga pokok
Pembelian I 70 Rp12.000,00 Rp 840.000,00
Pembelian II 40 Rp13.000,00 Rp 520.000,00
Pembelian III
50 Rp13.500,00 Rp 675.000,00
Rp2.035.000,00
PT
Barada mengumumkan dividen saham sebesar satu lembar saham untuk tiap-tiap 5
lembar saham yang dimiliki. Memo yang dibuat oleh Nona Risa untuk menunjukkan
perubahan jumlah lembar dan harga pokok per lembar sebagai berikut :
Diterima dividen saham sebanyak 32 lembar darp PT Barada,
yaitu 1 lembar untuk 5 lembar saham yang dimiliki. Jumlah lembar dan harga
pokok per lembar sekarang menjadi sebagai berikut :
Lembar Harga pokok per lembar Jumlah harga pokok
Pembelian I 84(70+14) Rp10.000,00 Rp 840.000,00
Pembelian II 48(40+8) Rp10.833,33 Rp 520.000,00
Pembelian III 60(50+10) Rp11.250,00 Rp 675.000,00
Rp2.035.000,00
Harga saham per lembar untuk
masing-masing pembelian perlu dihitung karena akan menentukan laba atau rugi
pada waktu sahamnya dijual. Misalnya dijual 60 lembar saham dari pembelian
saham ke-III maka harga pokok saham pada waktu saham-saham dijual dapat
menggunakan cara MPKP, rata-rata tertimbang, atau MTKP.
Penyesuaian Akhir Tahun
Setiap akhir periode, apabila nilai wajar saham yang
dimiliki oleh investor berbeda dengan harga perolehannya, maka perbedaannya
akan dicatat dalam rekening “laba atau rugi belum direalisasi”. Dalam hal nilai
wajar lebih tinggi dari harga perolehannya, maka selisihnya dicatat sebagai
laba dengan jurnal berikut:
Investasi dalam
saham tersedia untuk dijual Rpxx
Laba belum
direalisasi Rpxx
Atau,
Investasi saham
diperdagangkan Rpxx
Pendapatan
dari kenaikan nilai wajar investasi
Saham diperdagangkan Rpxx
Sebaliknya bila nilai wajar
lebih rendah dari harga perolehannya, maka selisihnya dicatat sebagai kerugian
dengan jurnal:
Rugi belum
direalisasikan Rpxx
Investasi dalam saham tersedia untuk dijual Rpxx
Atau,
Rugi penurunan nilai wajar
investasi saham diperdagangkan Rpxx
Investasi
saham diperdagangkan Rpxx
Penjualan dan Pelunasan Kembali Saham
Penjualan saham oleh investor dan pelunasan kembali saham
oleh perusahaan emiten dapat menimbulkan laba atau rugi. Penjualan saham
dicatat oleh invastor dengan mendebit kas dan mengkredit investasi saham.
Selisihnya dicatat sebagai laba atau rugi penjualan saham. Berikut ini
ilustrasi pencatatan pembelian dan penjualan saham.
Tuan Iwan pada tanggal 20 Februari 2005 membeli 500
lembar saham (1 lot) PT XYX yang nominalnya @ Rp1.000,00 dengan harga
Rp2.000,00. Biaya pembelian sebesar 0,5%, sehingga jumlah harga perolehan
sebesar (500 x Rp2.000,00) + (0,5% x 500 x Rp2.000,00) = Rp1.005.000,00.
Jurnal untuk mencatat pembelian saham ini adalah:
Investasi saham
tersedia untuk dijual Rp
1.005.000,00
Kas Rp1.005.000,00
Pada tanggal 29 april 2005, saham tersebut dijual dengan
harga Rp2.2200,00 per lembar dan dikenai biaya penjualan sebesar 0,5%. Jumlah
uang yang diterima sebesar (500 x Rp2.200,00) – (500 x Rp2.200,00 x 0,5%) = Rp
1.094.500,00.
Jurnal untuk mencatat penjualan ini adalah:
Kas Rp
1.094.500
Investasi
saham tersedia untuk dijual Rp
1.005.000
Laba penjualan
saham Rp 89.500
Perhitungan:
Harga jual: 500 x Rp 2.200,00 =
Rp1.100.000,00
Biaya penjualan: 0,5% x Rp
1.100.000,00 = 5.500,00
Harga jual bersih Rp1.094.500,00
Harga perolehan 1.005.000,00
Laba penjualan saham Rp 89.500,00
Jika
saham itu tetap dimiliki sampai tahun berikutnya dan baru dijual pada bulan
Februari tahun 2006, maka Tuan Iwan harus mengganti harga perolehannya menjadi
nilai wajar tanggal 31 Desember 2005.
Misalnya nilai wajar saham PT XYZ tanggal 31 Desember 2005 sebesar
Rp2.200,00 per lembar, maka jurnal penyesuaian yang harus dibuat untuk mencatat
nilai wajar pada tanggal 31 desember 2005 sebagai berikut:
Investasi saham
tersedia untuk dijual Rp100.000,00
Laba belum
direalisasikan Rp100.000,00
(500 x (Rp2.200,00 – Rp2.000,00) = Rp100.000,00.
Penjualan saham PT XYZ pada
bulan Februari 2006 dengan harga Rp2.200,00 per lembar dan biaya penjualan 0,5%
dicatat sebagai berikut:
Kas Rp
1.094.500,00
Laba belum direalisasikan 100.000,00
Investasi
saham tersedia untuk dijual Rp1.105.000,00
Laba penjualan
saham 89.000,00
2.5 Persentase Pemilikan 20%-50%
Pemegang saham yang kepemilikannya
sebesar 20% sampai 50% dari seluruh saham yang beredar akan mencatat
investasinya dengan metode ekuitas (equity
method). PSAK. No. 15 menyatakan bahwa metode ekuitas adalah metode
akuntasi yang mencatat investasi saham sebesar harga perolehannya (cost) dan selanjutnya menyesuaikannya
dengan perubahan dalam bagian kepemilikan investor atas aktiva bersih
perusahaan yang terjadi setelah perolehan. Laporan laba rugi investor
merefleksikan bagian laba atau rugi investor atas hasil usaha perusahaan (investee). Dengan demikian, setiap
periode akuntansi harga pokok surat berharga harus disesuaikan dengan laba atau
rugi yang diperoleh perusahaan investee
sebanding dengan persentase pemilikannya. Dividen yang diterima dicatat
mengurangui saldo rekening investasi saham. Pada akhir periode tidak perlu
dibuat jurnal penyesuaian bila harga pokok perolehan berbeda dengan nilai wajarnya.
Perolehan Saham
Seperti kepemilikan saham kurang
dari 20%, saham dapat diperoleh berbagai cara seperti: dibeli tunai, melalui
tukar-menukar, atau dibeli secara lumpsum.
Jurnal untuk mencatat pembelian secara tunai adalah sebagai berikut:
Investasi saham Rpxx
Kas
Rpxx
Laba/Rugi yang Dilaporkan oleh Perusahaan Investee
Laba yang dilaporkan oleh perusahaan investee akan menamabah saldo rekening investasi saham yang besarnya sebanding
(proporsional) dengan persentase pemilikan saham. Sebaliknya, jika investee menderita kerugian, maka
investor akan mencatatnya dengan mengkredit rekening investasi saham yang besarnya juga sebanding dengan persentase
pemlkan saham. Jurnal yang dibuat oleh investor adalah sebagai berikut:
Apabila investee
memperoleh laba:
Investasi saham Rpxx
Pendapatan
investasi Rpxx
Apabila investee
menderita rugi :
Rugi investasi
saham Rpxx
Investasi
saham Rpxx
Penerimaan
Dividen
Investor yang memiliki saham 20%
sampai dengan 50% akan mencatat dividen yang diterimanya sebagi pengurang
rekening investasi saham dengan jurnal sebagai berikut:
Kas
Rpxx
Investasi
saham Rpxx
Penyesuaian
Akhir Tahun
Apabila pada akhir tahun terdapat
perbedaan antara nilai wajar dengan harga perolehannya, dalam metode ekuitas
tidak diperlukan jurnal penyesuaian.
2.6 Pemecahan Saham (STOCK SPLIT-UP)
Suatu perusahaan dapat memperbanyak
sahamnya yang beredar dengan cara mengurangi nilai nominal sahamnya.
Pengurangan nilai nominal atau nilai yang dinyatakan ini dapat menambah jumlah
lembar tanpa adanya penyetoran atau kapitalisasi dari laba tidak dibagi. Bagi
pemegang saham, pengurangan nilai nominal ini tidak mengubah nilai buku
investasi sahamnya, satu-saatunya perubahan yang ada hanyalah pertambahan
jumlah lembar. Keadaan ini tidak memerlukan jurnal tetapi cukup dengan catatn
memo. Misalnya PT Monita mengumumkan pemecahan saham di mana tiap satu lembar
di pecah menjadi dua lembar. Dengan adanya pemecahan saham ini, para pemegang
akan menerima dua lembar saham untuk menukar tiap-tiap lembar yang dimiliki.
Jumlah harga pokok saham tidak mengalami perubahan, tetapi karena jumlah
lembarnya bertambah dua kali lipat mak harga pokok per lembar saham turun
menjadi setengah harga pokok mula-mula. Dalam hal pemecahan saham tidak ada
pendapatan yang diakui oleh pemegang saham.
Kebalikan dari pemecahan saham
adalah keadaan di mana perusahaan mengurangi jumlah lemabr sahamnya dengan cara
memperbesar nilai nominal atau nilai yang dinyatakan. Akibat dari pengurangan
jumlah lembar ini hanya dicatat dengan memo untuk menunjukkan perubahan jumlah
lembar dan harga pokok per lembar.
2.7 Hak Beli Saham
Hak
beli saham adalah hak yang di berikan kepada para pemegang saham untuk membeli
saham baru dari perusahaan dengan harga tertentu dan dalam batas waktu
tertentu. Setiap lembar saham yang beredar akan menerima satu lembar hak beli
saham, sehingga apa bila seseorang memiliki 100 lembar saham, maka ia akan
menerima 100 lembar hak beli saham.
Pemberian
hak beli saham kepada pemegang saham dimaksudkan untuk member kesempatan pada
pemegang saham agar dapat mempertahankan proporsi pemilikan sahamnya. Proporsi
pemilikan dari pemegang saham tidak berubah jika pemegang saham tadi menggunakan haknya untuk
membeli saham baru. Jumlah saham yang dapat di beli dengan menggunakan hak beli
saham tidak selalu sama dengan jumlah hak beli saham, tetapi tergantung pada ketentuan-ketentuan
yang ada. Misalnya di keluarkan hak beli saham yang setiap lembarnya dapat di
gunakan untuk membeli ¼ lembar saham baru, ini berarti bahwa satu lembar saham
baru dapat di beli dengan menggunakan empat lembar hak beli saham.
Harga
beli saham baru dengan menggunakan hak beli saham biasannya lebih rendah dari
pada harga saham di bursa, perbedaan ini menyebabkan adanya nilai untuk hak
beli saham. Karena hak beli saham itu mempunyai nilai maka penerimaannya di
catat sebagai suatu investasi hak beli saham. Hak beli saham ini di terima
karena pemilik saham, oleh karena itu harga pokok investasi saham dialokasikan
sebagian sebagai harga pokok hak beli saham. Pembagian harga pokok ini
dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut:
Dari rumus di atas jika harga pokok hak beli sudah
dapat di tentukan maka hasilnya di kurangkan pada harga pokok saham dan akan
dapat ditentukan berapa harga pokok baru untuk saham dan akan dapat di tentukan
berapa pokok baru untuk saham. Cara ini merupakan alternatif rumus kedua di
atas.
Hak beli saham yang di miliki dapat
di gunakan untuk membeli saham baru atau di jual. Jika di gunakan untuk membeli
saham baru maka harga pokok hak beli saham yang di gunakan merupakan tambahan
terhadap harga pokok saham yang di beli. Tetapi apabila hak beli saham tadi di
jual maka selisihk beli harga jual
dengan harga pokoknya merupakan laba atau rugi. Kadang-kadang hak beli saham
tidak di gunakan untuk membeli saham baru dan tidak dapat dijual sehingga lewat
batas waktunya (daluarsa), dalam keadaan ini harga pokok hak beli saham yang
daluarsa di hapus dan di catat sebagai kerugian
Contoh
perhitungan dan pencatatan hak beli saham adalah sebagai berikut:
Tuan peter memiliki 100 lembar saham
PT Asoiki, nominal Rp10.000,00 per lembar, di beli pada tahun 2005 dengan harga
Rp1.000.000,00. Pada bulan September 2006
diterima hak beli saham yang dapat di gunakan untuk membeli ¼ lembar
saham baru dengan harga Rp10.000,00 per lembar. Pada saat penerimaan hak beli
saham, di ketahui harga pasar sebagai berikut:
Saham
tanpa hak beli = Rp12.000,00
Hak
beli saham = Rp 500,00
Harga pokok
saham akan dibagikan kepada saham dan hak beli saham dengan cara sebagai
berikut:
Perhitungan harga pokok baru untuk
saham dapat juga dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Harga pokok saham Rp1.000.000,00
Harga pokok hak beli saham 40.000,00
Rp 960.000,00
Harga pokok saham Rp1.000.000,00
Harga pokok hak beli saham 40.000,00
Harga
pokok baru untuk saham Rp 960.000,00
Penerimaan
hak beli saham sebanyak 100 lembar di catat dengan jurnal sebagai berikut:
Investasi dalam hak beli saham R40.000,00
Investasi dalam saham Rp40.000,00
Dengan adanya jurnal di atas, rekening investasi
dalam hak beli saham menunjukkan saldo sebesar Rp40.000,00 dan investasi dalam
saham menunjukan saldo sebesar Rp960.000,00. Hak beli saham sebanyak 100 ini
dapat digunakan untuk membeli 25 lembar saham baru. Jika semua hak beli saham
di gunakan untuk membeli saham baru maka harga pokok saham yang di beli terdiri
dari harga beli saham di tambah harga pokok hak beli saham.
Jurnal yang di buat untuk mencatat
pembelian 25 lembar saham dengan menggunakan 100 lembar hak beli saham adalah
sebagai berikut:
Invesitas dalam saham Rp290.000,00
Kas Rp250.000,00
Investasi dalam hak beli 40.000,00
Perhitungan :
Harga
beli saham = 25 lembar x Rp10.000,00 Rp250.000,00
Harga
pokok hak beli saham 40.000,00
Rp290.000,00
Apabila hak beli
saham tidak di gunakan untuk membeli saham baru tetapi di jual, maka rekening
penanaman modal dalam hak beli saham di tutup dan jika ada selisih antara harga
pokok hak beli saham dengan harga jualnya, diakui sebagi rugi atau laba.
Misalnya hak beli saham bisa di jual dengn harga Rp450,00 per lembar, jurnal
untuk mencatan penjualan 100 lembar hak beli saham sebagai
Kas
Rp45.000,00
Penanaman modal dalam hak beli saham Rp40.000,00
Laba penjualan hak beli saham 5.000,00
Perhitungan :
harga
jual = Rp450,00 x 100 lembar Rp45.000,00
harga
pokok hak beli sama 40.000,00
Rp 5.000,00
Apa bila hak
beli saham di terima itu tidak di gunakan untuk membeli saham baru, juga ttidak
di jual sampai daluarsa maka harga pokok hak beli saham di catat sebagai
kerugian dengan jumlah sebagai berikut:
Rugi
hak beli saham yang tidak di pakai Rp40.000,00
Penanaman modal dalam
hak beli saham Rp.40.000,00
Rugi
yang timbul dari hak beli saham yang tidak di gunakan ini merupakan rugi yang
tidak bisa terjadi, sehingga dalam laporan laba rugi di kelompokkan dalam laba
atau rugi tidak bisa.
2.8 Nilai Teoritis Hak Beli Saham
Nilai
teoritisis hak beli saham adalah harga
jual yang di harapkan dari hak beli saham. Nilai teoritis ini di hitung dalam
dua keadaan yaitu (1) bila saham masih di jual dengan hak beli saham dan (2)
sesudah tanggal dimana hak beli saham menjadi milik pemilik dan saham jual
tanpa hak beli saham.
Nilai Teroritis Bila
Saham Dijual dengan Hak Beli Saham
Dalam keadaan di mana saham-saham dijual di pasar
berhak atas hak beli saham yang
akan dikeluarkan maka nilai teoritis hak beli saham dihitung sebagai berikut:
|
Jumlah lembar HBS yang diperlukan untuk membeli
Satu lembar saham ditambah 1
Misalnya saham dijual di pasar masih mengandung hak
beli saham dengan harga Rp. 125.000,00 dan harga beli di perusahaan sebesar Rp.
100.000,00 plus 4 lembar hak beli saham, Nilai teoritis hak beli saham dihitung
sebagai berikut:
|
4 + 1
Nilai teoritis saham per lembur adalah harga jual
yang diharapkan untuk setiap lembar saham yang dihitung sebagai berikut:
Rp.125.000,00 – Rp. 100.000,00 = Rp. 120.000,00.
Hasil perhitungan ini sesuai dengan perhitungan jika
saham dibeli dengan menggunakan hak beli saham yaitu
Rp.100.00,00+(4xRp.5000,00)=Rp.120.000,00.
Perhitungan Nilai
Teoritis Hak Beli Saham Jika Dijual Tanpa HBS
Apabila saham dijual tanpa hak beli saham, perbeaan
antara harga pasar saham dengan harga beli saham di perusahaan dengan
menggunakan hak beli saham merupakan nilai hak beli saham yang digunakan untuk
membeli saham baru tersebut. Rumus perhitungan nilai teoritis hak beli saham
dalam keadaan seperti ini adalah:
|
Jumlah lembar HBS yang diperlukan untuk membeli
1 lembar saham
Apabila harga pasar saham tanpa HBS sebesar
Rp.115.000,00, maka nilai teoritis hak beli saham dihitung sebagai berikut:
|
4
2.9 Penjualan atau Pelunasan Kembali Saham
Kadang-kadang saham yang dimiliki
sebagai investasi jangka panjang dijual kembali oleh investor kepada pihak lain
atau mugkin juga perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut membeli kembali
sahamnya. Dalam kedua macam keadaan diatas, invetor akan mencatat selisih
antara harga perolehan saham dengan jumlah uang yang diterima sebagai laba atau
rugi. Harga perolehan saham pada waktu saham-saham itu dijual atau dilunasi
kembali adalah harga perolehan yang timbul pada waktu memeli saham, disesuaikan
dengan perubahan-perubahan yang terjadi seperti pembagaian dividen saham,
pemecahan saham dan lain-lain.
Pada waktu penjualan saham atau
pelunasan kembali, investor mencatat transaksi tersebut dengan debit kas dan
kreditnya rekening penanaman modal dalam saham. Selisih anatara harga perolehan
dengan jumlah uang yang iterima, kalau rugi dicatat dengan mendebit rekening
rugi penjualan saham atau rugi pelunasan kembali saham dan lunasan kembali
saham. Contoh untuk melakukan pencatatan penjualan atau pelunasan kembali saham
sebagai berikut:
Misalnya 100 lembar saham nominal @
Rp. 10.000,00, dulu dibeli dengan harga perolehan sebesar Rp. 975.000,00. Pada
waktu ini saham-saham tersebut ditarik untuk dilunasi kembali dengan kurs 102.
Jurnal yang dibuat dalam buku
investor untuk mencatat pelunasan kembali sahamnya adalah sebagai berikut:
Kas Rp.1.020.000,00
Penanaman
modal dalam saham Rp.975.000,00
Laba
pelunasan kembali saham Rp. 45.000,00
Perhitungan:
Harga pelunasan kembali =102/100x100 lembar x
Rp.10.000,00= Rp.1.020.000,00
Harga
perolehan
Rp. 975.000,00
Laba
pelunasan kembali saham
Rp. 45.000,00
2.10 Pertukaran Saham
Apabila saham-saham yang dimiliki
sebagai investasi jangka panjang ditarik kembali oleh perusahaan dan ditukar
dengan saham jenis lain, maka saham baru yang akan diterima dicatat sebesar
harga pasarnya. Pada waktu terjadinya pertukaran, biasanya terdapat perbedaan
antara harga pasar saham baru dengan harga perolehan saham lama, perbedaan ini
dicatat sebagai laba atau rugi dalam buku-buku investor. Sebagai contoh,
misalnya PT Bermuda untuk investasi jangka panjang, yang dulu dibelinya dengan
harga perolehan sbesar Rp.1.000.000,00. Nona Risa yang memiliki 100 lembar
saham PT Bermuda untuk investasi jangka panjang, yang dulu dibelinya dengan
harga perolehan sebesar Rp.1.000.000,00, menukarkannya dengan 100 lembar saham
biasa. Pada saat penukaran, saham biasa laku dipasar dengn harga Rp.11.000,00
per lembar. Pertukaran saham diatas dicatat dalam buku Nona Risa dengan jurnal
sebagai berikut:
Penanaman modal
dalam saham biasa Rp.1.100.000,00
Penanaman modal
dalam saham prioritas Rp.1.000.000,00
Laba pertukaran
saham Rp. 100.000,00
Perhitungan:
Harga pasar saham biasa = 100 lembar x Rp.11.000,00
= Rp.1.100.000,00
Harga
perolehan
1.000.000,00
Laba pertukaran saham
Rp. 100.000,00
2.11 Laba Pelunasan Saham Prioritas
Dalam pelunasan saham prioritas
biasanya dibentuk untuk menarik kembali saham prioritas yang beredar. Pelunasan
kembali ini dilakukan untuk mengurangi beban tetap setiap periode berupa
dividen saham prioritas. Pada waktu menarik kembali saham prioritas yang
beredar, jumlah uang yang dibayarkan terdiri dari nilai likuidasi saham
ditambah dividen yang terutang. Nilai likuidasi biasanya lebih tinggi dari
nilai nominal. Pada waktu saham prioritas tersebut dijual, harganya mungkin di
atas nilai nominal atau mungkin juga lebih rendah, sehingga jumlah uang yang
dikeliarkan untk membayar kembali saham prioritas tersebut mungkin lebih besar
atau lebih kecil daripada harga jualnya dulu.
a) Jumlah
uang yang dibayarkan untuk melunasi saham prioritas lebih besar daripada harga
jual saham tersebut. Apabila saham prioritas dilunasi dengan jumlah yang lebih
besardaripada harga jualnya maka kelebihan pembyaran ini dianggap sebagai
pembagian laba pada saat satu pelunasan saham. Misalnya, pada tanggal 5 januari
2005 PT Risa Fadila menjual saham prioritas,
nominal perlembar Rp.10.000,00 dengan harga Rp. 11.000,00 per lembar. Pada
tanggal 15 Desember 2009, 100 lembar saham prioritas dilunasi dengan harga
Rp.12.000,00 perlembar. Jurnal yang dibuat oleh PT Risa Fadila Untuk mencatat
pelunasan kembali 100 lembar saham prioritas pada tanggal 15 Desember 2009
adalah sebagai berikut :
Modal
saham prioritas Rp.1.000.000,00
Agio saham prioritas Rp. 100.000,00
Laba tidak dibagi Rp. 100.000,00
Kas Rp.1.200.000,00
Apabila
pelunasan kembali diatas dibayar dari dana pelunasan saham maka jurnal yang
dibuat akan mengkredit rekening dana plunasan saham prioritas – kas.
b)
Jumlah uang yang
dibayarkan untuk melunasi saham prioritas lebih kecil daripada harga jual saham
tersebut. Pelunasan kembali dengan jumlah yang lebih kecil menimbulkan selisih
yang oleh perusahaan tetap dicatat sebagai modal disetor. Rekening modal saham
dan agio atau disagio saham tertutup dan selisihnya dicatat dalam rekening
modal yang menunjukkan asal modal tersebut. Misalnya PT Risa Fadila pada
tanggal 5 januari 2005 menjual saham prioritas, nominal per lembar Rp.10.000,00
dengan harga Rp.12.500,00 per lembar. Pada tanggal 15 desember2009, jurnal yang
dibuat ditarik kembali dengan harga Rp.11.000,00 per lembar. Jurnal yang dibuat
oleh PT Risa Fadila untuk mencatat pembelian kembali saham prioritas tanggal 15
Desember2009 sebagai berikut:
Modal
saham prioritas Rp.1.000.000,00
Agio saham prioritas Rp. 250.000,00
Kas Rp.1.100.000,00
Modal disetor dari
pelunasan kembali saham prioritas Rp.150.000,00
2.12 Uang Muka
Uang muka pada anak perusahaan
diperlakukan sebagai investasi jangka panjang jika tidak akan segera diterima
embali. Uang muka seperti ini dalam neraca dicantumkan sebagai tambahan pada
penambahan modal dalam saham. Pencantuman seperti ini dapat dibenarkan asal
dipisahkan dari penanaman modal dalam saham.
2.13 Pemilikan Dalam Firma
Pemilikan
dalam firm atau joint venture dicatat sebagai penanaman modal dalam buku
masing-masing anggota (partner). Rekening penanaman modal dalam firma ini akan
bertambah jumlahnya bila ada setoran baru kedalam firma atau bila firma
memperoleh laba. Apabila firma menanggung kerugian atau pemilik mengambil uang
ke firma maka saldo rekening ini berkurang.
Persentase Pemilikan
Lebih Dari 50%
Jika
kepemilikan saham investor lebih dari 50% dari seluruh saham beredar, maka
perusahaan investor disebut sebagai induk perusahaan. Laporan keuangan induk
perusahaan (parent company)harus
dikonsolidasikan dengan laporan keuangan investee
(anakperusahaan /subsidiary company).
Penjelasan untuk menyusun laporan keuangan konsolidsian merupakan bahasan dalam
Akuntansi Keuangan lanjutan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Investasi merupakan hal
terpenting untuk melaksanakan suatu perekonomian, karena investasi merupakan
penanaman modal untuk menambah kemampuan memproduksi dan penanam – penanam
modal melakukan investasi bukan untuk memenuhi kebutuhan mereka tetapi untuk
mencari keuntungan.
· Investasi tidak hanya dalam bentuk uang, tetapi investasi terdapat 3 bentuk yaitu investasi tanah, investasi pendidikan dan investasi saham.
· Di Negara Indonesia tidak hanya dibutuhkan penanaman modal dalam negeri, tetapi juga membutuhkan penanaman modal asing karena modal asing sangat diperlukan untuk menambah atau meningkatkan investasi , untuk mempermudah perekonomian di Indonesia dan membuat suatu usaha lebih menarik tidak hanya dari dalam negeri saja.
Jadi investasi dan penanaman
modal di Indonesia mempunyai struktur badan hukum tertentu, penanam modal asing
tidak lah gampang menanamkan modalnya di Indonesia. Mereka harus mempunyai
perizinan berusaha diIndonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Badriwan,Zaki.2011.Intermediette Accounting Edisi
8.Yogyakarta:BPFE-Yogyakarta.
0 komentar:
Posting Komentar